Seni cadas figuratif – seni yang menyajikan representasi subjek yang tampak seperti nyata – memberikan wawasan visual ke dalam budaya, kepercayaan, dan praktik masyarakat kuno, serta memberikan jendela langsung ke dalam evolusi budaya manusia.
Kemampuan untuk menentukan tanggal seni cadas figuratif secara akurat sangatlah penting. Hal ini membantu menetapkan garis waktu ekspresi artistik manusia, membantu dalam memahami perkembangan pemikiran simbolis dan kompleksitas budaya di berbagai periode dan wilayah.
Dalam artikel yang diterbitkan di jurnal Nature hari ini, kami menyajikan pendekatan baru untuk menentukan tanggal lukisan gua.
Dengan menggunakan inovasi penanggalan baru ini, kami telah menemukan seni gua figuratif tertua di dunia.
Berasal dari setidaknya 51.200 tahun yang lalu, karya seni ini menggambarkan interaksi antara manusia dan seekor babi. Karya seni ini ditemukan di sebuah gua di Sulawesi, sebuah pulau di Indonesia yang terletak tepat di timur laut Bali dan timur Kalimantan.
Ini adalah bagian penting dari sejarah kita sebagai manusia, yang menunjukkan seni figuratif dan penceritaan telah lama saling terkait.
Sebuah teknik perintis baru
Di beberapa gua batu kapur tempat orang membuat seni cadas, tetesan atau aliran air sesekali menyebabkan terbentuknya endapan mineral di atas lapisan cat, yang memberikan cara untuk menentukan umur seni tersebut secara ilmiah.
Setiap tetes air meninggalkan sejumlah kecil partikel karbonat, yang menyebabkan terbentuknya lapisan keputihan di atas seni cadas. Proses yang sama juga menyebabkan pertumbuhan lapisan speleothem (juga dikenal sebagai stalagmit dan stalaktit), dengan banyak lapisan partikel yang membungkus semua jenis elemen, termasuk uranium.
Uranium merupakan radioisotop yang terjadi secara alami, yang berarti unsur kimia ini akan meluruh menjadi unsur lain seiring waktu.
Dengan membandingkan rasio antara isotop induk (uranium) dan isotop anak (thorium), kita dapat menghitung usia yang sebanding dengan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan isotop anak. Teknik ini disebut seri uranium, atau seri U.
Penanggalan seni cadas menggunakan seri U biasanya dilakukan dengan menggali sampel kalsium karbonat secara manual dan melarutkan bubuk yang dihasilkan ke dalam larutan kimia, yang kemudian dimasukkan ke dalam spektrometer massa. Namun, masalah dengan pendekatan ini adalah pendekatan ini merata-ratakan beberapa lapisan yang memiliki usia berbeda, dan tidak membedakan zona murni dari zona yang telah berubah.
Untuk mengatasi masalah ini, tim kami mengembangkan pendekatan analitis baru yang menggunakan sinar laser, empat kali lebih kecil dari lebar rambut manusia, untuk mengambil sampel secara tepat lapisan kalsium karbonat yang menutupi karya seni, termasuk yang paling dekat dengan lukisan.
Teknik ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang struktur pertumbuhan internal kalsium karbonat yang terbentuk pada karya seni tersebut. Hal ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi area berpori dalam pertumbuhan ini yang mempersulit proses penanggalan.
Laser dijalankan melintasi sampel dalam garis paralel, yang dikenal sebagai raster. Setelah ini dikonsolidasikan menjadi satu set data beresolusi tinggi, kita dapat memahami distribusi uranium dan elemen terkait secara sangat rinci.
Teknik ini disebut “pencitraan seri U”, karena teknik ini membuat peta komposisi geokimia sampel. Kami kemudian dapat mengekstrak data yang paling dekat dengan lapisan cat, sehingga memberikan perkiraan usia yang tepat.
Hasil penanggalan selalu dianggap sebagai estimasi usia minimum, mengingat mungkin ada penundaan antara penciptaan karya seni dan pertumbuhan lapisan kalsium karbonat pertama di atasnya.
Seni untuk menceritakan sebuah kisah
Kami menggunakan teknik baru ini untuk menentukan usia lukisan di sebuah gua di Sulawesi Selatan bernama Leang Karampuang dan menunjukkan bahwa usianya setidaknya 51.200 tahun.
Lukisan tersebut terdiri dari sebuah pemandangan yang didominasi oleh representasi naturalistik seekor babi hutan. Di depan babi tersebut terdapat tiga figur mirip manusia yang lebih kecil. Mereka tampak berinteraksi dengan hewan tersebut.
Satu figur tampak sedang memegang sebuah benda di dekat tenggorokan babi. Figur lain berada tepat di atas kepala babi dalam posisi terbalik dengan kaki terentang. Figur ketiga tampak lebih besar dan lebih megah daripada yang lain; figur ini memegang benda yang tidak diketahui identitasnya dan mungkin mengenakan hiasan kepala yang rumit.
Cara figur-figur mirip manusia ini digambarkan dalam kaitannya dengan babi menunjukkan adanya aksi yang dinamis. Ada sesuatu yang terjadi dalam karya seni ini – sebuah cerita sedang diceritakan.
Kita tidak tahu apa cerita itu. Mungkin itu adalah kisah perburuan babi hutan sungguhan atau penggambaran mitos atau kisah khayalan. Apa pun masalahnya, tampaknya cerita itu menyangkut hubungan antara babi dan manusia sebagaimana dipahami oleh manusia purba di Sulawesi.
Kini kita tahu bahwa manusia telah menggunakan seni figuratif untuk menceritakan kisah selama sedikitnya 51.000 tahun. Dengan menggunakan metode penanggalan baru, di masa mendatang kita mungkin dapat mengisi sebagian dari sekian banyak kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang perkembangan penting dalam sejarah seni ini.
Artikel ini ditulis oleh Adhi Oktaviana di theconversation.com